Halo, jumpa lagi sama admin. Ini admin mau ngeshare teks drama yg baru admin buat, sorry kalo agak gaje, yah namanya juga masih newbie. Oiya ini dramanya ada kata-kata yang pake bahasa bali, jadi ya klo yang nggak ngerti maaf aja.Okelah gausah bikin entri yang panjang", kita langsung ke intinya.
Misteri Bangunan Tua
- Regita
- Pradiipta
- Nagita
- Om Rery (sekaligus Penyelundup 1)
- Orang desa (sekaligus Penyelundup 2)
- Kepala desa
Pada suatu sore, Regita, Nagita, dan
Pradiipta, tiga bersaudara tengah berkunjung ke rumah pamannya untuk mengisi
liburan kenaikan kelas. Saat ini, Regita, Nagita, dan Pradiipta baru saja
sampai di kediaman pamannya yang sebelumnya menumpang bemo dari rumah mereka.
Regita : “(mengetuk pintu) Om Rery! Om
Rery!”
Om Rery : “(membuka pintu) Ee.. ponakan
om semuanya sudah datang, ayo masuk
dulu.”
Pradiipta : “Wah, sekarang rumah om
sudah berubah, menjadi lebih rapi!”
Nagita : “ Betul! Sekarang sudah
berlapis tembok!”
Om Rery : “(bangga) Oiya,dong. Om kan
hidup sendiri disini, jadi kalau mau hemat ya gampang. “
Regita : “Oiya, nanti kita tidur
dimana?”
Om Rery : “Karena disini cuma ada satu
kasur, ya kalian terpaksa tidur beralaskan matras kalian. Kalian tidurnya di
ruangan pojok itu ya. Maaf nggak ada kasur.”
Nagita : “Untung kita kepikiran bawa
matras.”
Om Rery : “ Ya sudah, kalo gitu om pergi
dulu ke ladang dulu, om mau metik mangga. Kalo mau pergi kuncinya ada di deket
kasur. ”
Nagita, Pradiipta dan Regita : “Iya om”
(Om Rery pergi)
Setelah selesai menata tempat tidur dan
tas-tas, mereka berinisiatif untuk pergi jalan-jalan sekeliling kampung. Saat
itu, kampung tersebut menjadi sepi, karena musim ini adalah musim liburan,
dimana banyak orang kampung yang memilih pergi ke kota untuk berlibur.
Nagita : “(menunjuk ke suatu arah) Hei! Lihat
tempat itu! Kelihatannya sudah lama sekali ya.”
Regita : “ (melihat ke pandangan yang
sama) Iya, kira-kira apa isinya ya?”
Pradiipta : “ Aku tebak isinya kalo
nggak emas-emas atau berlian super gede, pasti tempat nyimpen narkoba dan
barang terlarang lainnya.”
Nagita : “Sok tau kali jadi orang! Mana
mungkin bangunan gak kerawat kayak gitu bisa jadi tempat nyimpen narkoba?”
Regita : “Eh, bisa aja lho.. “
Pradiipta : “Mending kita tanya aja ke
orang yang netep disini. “
Nagita : “Yok ne.”
(Regita, Pradiipta, dan Nagita melihat
orang lewat)
Regita: “Permisi pak, kami mau nanya
sebentar.”
Orang desa :”(menoleh,kebingungan)”
Pradiipta : “Mungkin dia nggak ngerti
Bahasa Indonesia. Coba pake bahasa daerah.”
Nagita : “ee,ee.. dados titiang mapitaken?"
Orang desa : “Nggih dados. Mepitaken
napi?”
Nagita : “ee.. ee (kebingungan)”
Regita : “ Pidan umah to griya nika anggena napi?( menunjuk suatu arah)”
Orang desa : “Oh, tiang ten nawang. Pidan
tiang taen nyingakin wenten truk sane misi padi. Liu anak di sisine, majaga-jaga. “
Pradiipta : ee…ee.. Mangkin griya nika anggena napi?”
Orang desa : “ Sampunan masuk ka griya nika, krana drika tenget. Sampunan mrika,sampunan. “
Nagita : “ Hah? Tenget? Apa tu? “
Regita : “Angker.”
Orang desa : “Nggih angker drika. Liu misi.. misi.. misi hantu! Ten dados mrika, sampunan mrika."
Regita : “maadolan niki?”
Orang desa : “(balik) Nggih, kayun matumbasan? Kari akidik niki.”
Nagita : “ Hmm.. Numbas niki kalih. “
Pradiipta : “ Niki kalih”
Regita : “Niki asiki. Aji kuda nika?”
Orang desa : “ Siu, siu, siu. Telung
tali gek.”
Pradiipta, Regita, Nagita :
“(Menyerahkan uang seribu-seribu).”
Orang desa : “Suksma nggih.(pergi)”
Pradiipta, Regita, Nagita : “Nggih.”
Regita : “Kita pulang aja sekarang.”
Pradiipta, Nagita :” Yuk ne(pulang).”
Narator : “Akhirnya Regita, Nagita, dan
Pradiipta kembali ke rumah Om Rery. Regita sibuk memikirkan isi dari
percakapannya dengan orang desa tersebut,sedangkan Nagita dan Pradiipta sibuk
icip-icip jajanan yang mereka beli tadi. “
Nagita : “ Ee, tuker ee, enak kali yang
itu.”
Pradiipta : Tuker? Boleh - boleh,
sekalian icip-icip juga. (mencoba snack yang Nagita beli) Ini lumayan juga.”
Nagita : “Regita kok dari tadi kayak
merenung gitu?”
Regita : “Aneh aja.”
Pradiipta : “Apanya aneh?”
Regita : “Cara ngomong orang tadi. Kayak
ngelarang banget kita masuk kesana.”
Pradiipta : “Mungkin dia yang termasuk
dalam perkumpulan penyimpan barang-barang berlogam mulia atau narkoba?”
Nagita : “Aku tau kamu sok tahu, tapi
gausah segitunya kali.”
Regita :” Itu yang aku pikirin.”
Nagita : “ Apa? Pradiipta sok tahu?”
Regita : “ Enggak lah, aku mikirin bisa
jadi katanya Pradiipta itu bener.”
Nagita : “Tapi mana mungkin.”
Pradiipta : Segalanya bisa terjadi asal
Tuhan memberkati.”
Nagita : “Iya sih.”
Regita
: “ Gimana kalo kita tanya Om Rery aja? Om Rery kan penduduk tetap.”
Pradiipta : “ Yuk ne. Tunggu aja dia
datang.”
(Om Rery datang)
Om Rery : “ Halo, maaf om dari tadi
nggak jadi bawain kalian mangga, soalnya tadi waktu lewatin warung ada temennya
om, ya ngobrol-ngobrol gitu, abis itu dia minta mangganya, yaudah om kasi.”
Regita : “Nggak apa-apa om. Oiya om,
tadi kita kan jalan-jalan, abis itu liat ada bangunan tua gitu. Itu dulunya apa
sih?”
Om Rery :” Om nggak tahu itu tempat apa.
Tapi, kalo dikira-kira sih tempat nyimpen padi.”
Pradiipta :” Lah sekarang kok jadi
gitu?”
Om Rery : “Dulu sih dibilang kalau
tempatnya itu berdiri di tanah negara,
jadi mereka musti pergi. Yaudah banyak yang pergi. Kok kalian nanya gitu ?”
Nagita : “Pengen tau aja om.”
Om Rery : “Oiya kalo gitu om pergi lagi
ya. Oiya, kalo makan malem om cuma makan itu, jadi kalo kalian mau makan, nanti
om beliin.”
Regita : “Ya,om.”
(Om rery pergi)
Pradiipta : “Eh, kok Om Rery nggak jelas
banget kerjaannya? Pulang pergi pulang pergi. Dan kayaknya kalo dari tadi dia
metik mangga sampe jam segini nggak masuk akal. “
Nagita : “Negatif banget pikiranmu, kan
bisa aja kebunnya itu jauh, jadi otomatis lama.”
Regita : “ Aku juga mikir gitu. Dan
sekarang pergi lagi. Nah, abis itu sekarang rumahnya udah ditembokin, yang
dulunya cuma anyaman bambu. Lagi pula kerjaan masuk akal apa yang ada disini
sampe bisa nembokin rumah?”
Pradiipta : “Mungkin nggak sih kalo Om
Rery itu punya perkumpulan, komplotan, atau apapun yang curi emas atau ngedarin
narkoba?Bisa jadi kan? ”
Nagita : “ Bisa jadi, bisa jadi. “
Regita : “Gimana kalo kita ke bangunan
tua itu?”
(Nagita dan Pradiipta kaget)
Pradiipta : “Kesana? Hari ini juga? Belum
lagi kalo misalnya hujan. “
Nagita : “Iish yaudah kalo gitu kamu
sendiri di sini.”
Pradiipta : “Iya, tapi kalian harus bawa
hape, karena aku bisa nelpon kalian kalo ada apa-apa. “
Regita : “ Oke, dan sekarang apa alasan
aku sama Nagita keluar nanti malem?”
Pradiipta : “ Gampang, bilang aja dia
lama nggak pulang-pulang dan kalian lagi nyari dagang nasi. “
Pradiipta : “ Jadi, tugasku nanti adalah
aku harus bisa nyari alasan yang se-logic mungkin biar Om Rery percaya. Tapi
kalian kalo beneran ketemu dagang nasi beli ya. Kita pasti laper banget nanti.”
Nagita : “ Oiya kira-kira jam berapa
kita keluar?”
Regita : “ Jam setengah sembilan.”
Nagita : “Yakin tuh Om Rery nggak
curiga?”
Regita : “Selama kita bisa atur nafas,
hati-hati ngomong dan gerak, kita pasti bisa.”
Narator :” Mereka pun menunggu hingga
jam setengah sembilan. Setelah jam setengah sembilan, Regita dan Nagita
bersiap-siap pergi ke bangunan tua tersebut.
Regita : “ Pradiipta, aku sama Nagita
pergi dulu ya.”
Pradiipta : “Iya hati-hati.”
(Regita dan Nagita pergi menuju bangunan
tua)
Nagita : “(berbisik-bisik) Eh, kamu inget jalan kesana?”
Regita : “(berbisik-bisik) Nggak juga.
Tapi yang jelas dari rumah Om Rery ke selatan. Nanti ada rumah nggak terawat. “
Nagita : “ (berbisik-bisik) Regita,
sembunyi!”
(Regita dan Nagita sembunyi)
Nagita : “ Siapa itu?”
Regita : “(berbisik-bisik) Sstt!”
Penyelundup 1 : “ Akuda baat perhiasan sane aba Obit ibi?”
Penyelundup 2 : “ Duang kilogeram.”
Penyelundup 1 : “ Yen kene carane, ci jak cang lakar dadi jeleme sugih!“
Penyelundup 2 :” Yen sing ada ne nawang.”
Penyelundup 1 : “ Arahh, nahh mai masuk.”
(Para penyelundup masuk)
Nagita : “ (berbisik) Om Rery! Benar
kata Pradiipta. Apa sih dibilang?”
Regita : “ Aku gatau. Sekarang kita intip
terus mereka ngapain.”
Nagita : “Oke.”
Narator : Regita dan Nagita telah mengetahui bahwa Om
Rery dan satu temannya menyelundupkan 2 kilogram perhiasan yang telah dicuri
oleh teman penyelundup tersebut. Di sisi lain, Pradiipta kebingungan karena Regita dan Nagita
tak kunjung pulang.
Pradiipta : “Aduuh, Regita sama Nagita
kemana sih? Emang seberapa lama mereka mau intipin orang-orang nyelundupin
perhiasan atau narkoba? Udah makin malem lagi. Duuh, mending sekarang aku pergi
ke kantor kepala desa aja. Jangan takut Pradiipta, jangan takut.”
(Pradiipta pergi ke rumah kantor kepala
desa)
Pradiipta : “(mengetuk pintu) Pak
kepala!Pak kepala!”
Kepala desa : “ Iya? “
Pradiipta : “ Sekarang, saudara-saudara
saya lagi ngintip orang yang kita curigai lagi nyelundupin perhiasan atau
barang terlarang pak! “
Kepala desa : “ Oh gitu. Wah, harus kita
tangkep segera!”
Pradiipta : “Tapi hati-hati pak, kan
biasanya orang-orang kayak gitu kuat-kuat.”
Kepala desa : “ Sebentar dulu(mengambil
barang) Ini buat kamu. Kalo misalnya mereka mau nyakitin kamu, sakitin aja
mereka duluan. Ini tali. “
Pradiipta : “ Tapi pak, saya takut.”
Kepala desa : “ Nggak ada takut-takutan!
Ini demi keselamatan saudara-saudaramu. Bawa barang-barang ini dan usahain biar
ketemu sama saudara-saudaramu. “
Pradiipta : “Terus bapak ngapain?”
Kepala desa : “ Bapak nyusul, bapak
belum makan malem.”
Pradiipta : “Ya udah deh pak.”(pergi ke
bangunan tua)
Narator : “Pradiipta pun segera pergi ke
bangunan tua. Sesampainya disana, ia melihat Regita dan Nagita. Pradiipta pun
tak takut lagi.”
Nagita : “(berbisik-bisik) Pradiipta!
Kamu ngapain disini?”
Pradiipta : “ (berbisik-bisik) Aku
kesini ngasi kalian ini. Nah, sekarang, apa yang kalian lihat?”’
Regita :”(berbisik-bisik) Om Rery dan
satu temannya. Mereka bicarain tentang perhiasan yang mereka curi seberat 2 kg.
“
Pradiipta : “(berbisik-bisik) Gini aja
sekarang. Kita ada yang berdua, ada yang sendiri. Aku nggak mau sendiri lagi.
Kita pancing om rery sama temennya biar terpisah, kita jebak satu-satu. Pak
kepala lagi makan, nanti dia nyusul. Kalo udah ketangkep kita gebugin sampe
pingsan atau dengan cara lain, abis itu kita bawa ke kota.”
Regita : “Kalian berdua aja, biar aku
sendiri. Tapi kemarikan tali, dan beberapa alat lainnnya.”
Pradiipta : “ Oke.” (mereka pun
berpisah)
Pradiipta : “Kita diem disini.”
Nagita : “ Kita patahin ranting, biar
mereka keluar.(ngambil ranting) Katos banget! Bantuin nae!”
Pradiipta : “(melempar batu) Udah. “
Penyelundup 1 : “ Suara ape to?
(keluar)”
(Pradiipta dan Nagita membuat
penyelundup 1 pingsan dan mengikatnya)
Penyelundup 2 : “ Rery! Rery!(keluar)
(Regita dan kepala desa membuat
penyelundup 2 pingsan dan mengikatnya)
Pradiipta : “ (berbisik)Pak kepala!Kok cepet banget datengnya?”
Kepala desa : “ Iya, bapak khawatir sama kalian. Yasudah, sekarang kita
bawa orang-orang ini ke kota. “
Nagita : “Oiya pak, kita nggak ngambil
bukti ?”
Regita : “ Aku yang ngambil.”
Pradiipta : “ Aku foto.”
Nagita : “ Ngomong-ngomong ini beneran Om Rery atau orang lain ya?(membuka masker penyelundup 1)Iii beneran Om Rery!”
Regita : “ (membuka masker penyelundup 2 )Dan yang ini, ini kan
pedagang yang ngasitau kita tentang bangunan ini?”
Kepala desa : “ Ayo sudah jangan
cerewet, nanti lain lagi urusannya. Kita bawa dulu ke kota.”
(Setelah selesai memotret dan mengambil
barang bukti, mereka segera pergi ke kota untuk melapor kasus penyelundupan
tersebut).
Tamat
Pesan yang dapat diambil dalam drama ini
adalah jangan takut untuk membela kebenaran, karena kita juga ikut andil dalam
membela kebenaran pada era ini.
Aku pake ya buat drama sekolah hehehe ;)
BalasHapusIzin make buat drama sekolah ya^^
BalasHapuskak dicopas tdk apakan buat pr seni budaya ka
BalasHapusPada copy
BalasHapusDrama nya gak jelas
HapusJAWABAN EPILOG NYA APA ?????? JAWAB
BalasHapusDramanya gak jelas
BalasHapus