Minggu, 30 November 2014

Drama 6 Orang Tentang Petualangan : Misteri Bangunan Tua, Pradiipta's Blog



Halo, jumpa lagi sama admin. Ini admin mau ngeshare teks drama yg baru admin buat, sorry kalo agak gaje, yah namanya juga masih newbie. Oiya ini dramanya ada kata-kata yang pake bahasa bali, jadi ya klo yang nggak ngerti maaf aja.Okelah gausah bikin entri yang panjang", kita langsung ke intinya.
Misteri Bangunan Tua

  • Regita
  • Pradiipta
  • Nagita
  • Om Rery (sekaligus Penyelundup 1)
  • Orang desa (sekaligus Penyelundup 2)
  • Kepala desa 

Pada suatu sore, Regita, Nagita, dan Pradiipta, tiga bersaudara tengah berkunjung ke rumah pamannya untuk mengisi liburan kenaikan kelas. Saat ini, Regita, Nagita, dan Pradiipta baru saja sampai di kediaman pamannya yang sebelumnya menumpang bemo dari rumah mereka.
Regita : “(mengetuk pintu) Om Rery! Om Rery!”
Om Rery : “(membuka pintu) Ee.. ponakan om semuanya sudah datang, ayo  masuk dulu.”
Pradiipta : “Wah, sekarang rumah om sudah berubah, menjadi lebih rapi!”
Nagita : “ Betul! Sekarang sudah berlapis tembok!”
Om Rery : “(bangga) Oiya,dong. Om kan hidup sendiri disini, jadi kalau mau hemat ya gampang. “
Regita : “Oiya, nanti kita tidur dimana?”
Om Rery : “Karena disini cuma ada satu kasur, ya kalian terpaksa tidur beralaskan matras kalian. Kalian tidurnya di ruangan pojok itu ya. Maaf nggak ada kasur.”
Nagita : “Untung kita kepikiran bawa matras.”
Om Rery : “ Ya sudah, kalo gitu om pergi dulu ke ladang dulu, om mau metik mangga. Kalo mau pergi kuncinya ada di deket kasur. ”
Nagita, Pradiipta dan Regita : “Iya om”
(Om Rery pergi)
Setelah selesai menata tempat tidur dan tas-tas, mereka berinisiatif untuk pergi jalan-jalan sekeliling  kampung. Saat itu, kampung tersebut menjadi sepi, karena musim ini adalah musim liburan, dimana banyak orang kampung yang memilih pergi ke kota untuk berlibur.
  Nagita : “(menunjuk ke suatu arah) Hei! Lihat tempat itu! Kelihatannya sudah lama sekali ya.”
Regita : “ (melihat ke pandangan yang sama) Iya, kira-kira apa isinya ya?”
Pradiipta : “ Aku tebak isinya kalo nggak emas-emas atau berlian super gede, pasti tempat nyimpen narkoba dan barang terlarang lainnya.”
Nagita : “Sok tau kali jadi orang! Mana mungkin bangunan gak kerawat kayak gitu bisa jadi tempat nyimpen narkoba?”
Regita : “Eh, bisa aja lho.. 
Pradiipta : “Mending kita tanya aja ke orang yang netep disini. “
Nagita : “Yok ne.”
(Regita, Pradiipta, dan Nagita melihat orang lewat)
Regita: “Permisi pak, kami mau nanya sebentar.”
Orang desa :”(menoleh,kebingungan)”
Pradiipta : “Mungkin dia nggak ngerti Bahasa Indonesia. Coba pake bahasa daerah.”
Nagita : “ee,ee.. dados titiang mapitaken?"
Orang desa : “Nggih dados. Mepitaken napi?”
Nagita : “ee.. ee (kebingungan)”
Regita : “ Pidan umah to griya nika anggena napi?( menunjuk suatu arah)”
Orang desa : “Oh, tiang ten nawang. Pidan tiang taen nyingakin wenten truk sane misi padi. Liu anak di sisine, majaga-jaga. “
Pradiipta : ee…ee.. Mangkin griya nika anggena napi?”
Orang desa : “ Sampunan masuk ka griya nika, krana drika tenget. Sampunan mrika,sampunan. “
Nagita : “ Hah? Tenget? Apa tu? “
Regita : “Angker.”
Orang desa : “Nggih angker drika. Liu misi.. misi.. misi hantu! Ten dados mrika, sampunan mrika."
Regita : “maadolan niki?”
Orang desa : “(balik) Nggih, kayun matumbasan? Kari akidik niki.”
Nagita : “ Hmm.. Numbas niki kalih. “
Pradiipta : “ Niki kalih”
Regita : “Niki asiki. Aji kuda nika?”
Orang desa : “ Siu, siu, siu. Telung tali gek.”
Pradiipta, Regita, Nagita : “(Menyerahkan uang seribu-seribu).”
Orang desa : “Suksma nggih.(pergi)”
Pradiipta, Regita, Nagita : “Nggih.”
Regita : “Kita pulang aja sekarang.”
Pradiipta, Nagita :” Yuk ne(pulang).”
Narator : “Akhirnya Regita, Nagita, dan Pradiipta kembali ke rumah Om Rery. Regita sibuk memikirkan isi dari percakapannya dengan orang desa tersebut,sedangkan Nagita dan Pradiipta sibuk icip-icip jajanan yang mereka beli tadi. “
Nagita : “ Ee, tuker ee, enak kali yang itu.”
Pradiipta : Tuker? Boleh - boleh, sekalian icip-icip juga. (mencoba snack yang Nagita beli) Ini lumayan juga.”
Nagita : “Regita kok dari tadi kayak merenung gitu?”
Regita : “Aneh aja.”
Pradiipta : “Apanya aneh?”
Regita : “Cara ngomong orang tadi. Kayak ngelarang banget kita masuk kesana.”
Pradiipta : “Mungkin dia yang termasuk dalam perkumpulan penyimpan barang-barang berlogam mulia atau narkoba?”
Nagita : “Aku tau kamu sok tahu, tapi gausah segitunya kali.”
Regita :” Itu yang aku pikirin.”
Nagita : “ Apa? Pradiipta sok tahu?”
Regita : “ Enggak lah, aku mikirin bisa jadi katanya Pradiipta itu bener.”
Nagita : “Tapi mana mungkin.”
Pradiipta : Segalanya bisa terjadi asal Tuhan memberkati.”
Nagita : “Iya sih.”
 Regita : “ Gimana kalo kita tanya Om Rery aja? Om Rery kan penduduk tetap.”
Pradiipta : “ Yuk ne. Tunggu aja dia datang.”
(Om Rery datang)
Om Rery : “ Halo, maaf om dari tadi nggak jadi bawain kalian mangga, soalnya tadi waktu lewatin warung ada temennya om, ya ngobrol-ngobrol gitu, abis itu dia minta mangganya, yaudah om kasi.”
Regita : “Nggak apa-apa om. Oiya om, tadi kita kan jalan-jalan, abis itu liat ada bangunan tua gitu. Itu dulunya apa sih?”
Om Rery :” Om nggak tahu itu tempat apa. Tapi, kalo dikira-kira sih tempat nyimpen padi.”
Pradiipta :” Lah sekarang kok jadi gitu?”
Om Rery : “Dulu sih dibilang kalau tempatnya itu berdiri di  tanah negara, jadi mereka musti pergi. Yaudah banyak yang pergi. Kok kalian nanya gitu ?”
Nagita : “Pengen tau aja om.”
Om Rery : “Oiya kalo gitu om pergi lagi ya. Oiya, kalo makan malem om cuma makan itu, jadi kalo kalian mau makan, nanti om beliin.”
Regita : “Ya,om.”
(Om rery pergi)
Pradiipta : “Eh, kok Om Rery nggak jelas banget kerjaannya? Pulang pergi pulang pergi. Dan kayaknya kalo dari tadi dia metik mangga sampe jam segini nggak masuk akal. “
Nagita : “Negatif banget pikiranmu, kan bisa aja kebunnya itu jauh, jadi otomatis lama.”
Regita : “ Aku juga mikir gitu. Dan sekarang pergi lagi. Nah, abis itu sekarang rumahnya udah ditembokin, yang dulunya cuma anyaman bambu. Lagi pula kerjaan masuk akal apa yang ada disini sampe bisa nembokin rumah?”
Pradiipta : “Mungkin nggak sih kalo Om Rery itu punya perkumpulan, komplotan, atau apapun yang curi emas atau ngedarin narkoba?Bisa jadi kan? ”
Nagita : “ Bisa jadi, bisa jadi. “
Regita : “Gimana kalo kita ke bangunan tua itu?”
(Nagita dan Pradiipta kaget)
Pradiipta : “Kesana? Hari ini juga? Belum lagi kalo misalnya hujan. “
Nagita : “Iish yaudah kalo gitu kamu sendiri di sini.”
Pradiipta : “Iya, tapi kalian harus bawa hape, karena aku bisa nelpon kalian kalo ada apa-apa. “
Regita : “ Oke, dan sekarang apa alasan aku sama Nagita keluar nanti malem?”
Pradiipta : “ Gampang, bilang aja dia lama nggak pulang-pulang dan kalian lagi nyari dagang nasi. “
Pradiipta : “ Jadi, tugasku nanti adalah aku harus bisa nyari alasan yang se-logic mungkin biar Om Rery percaya. Tapi kalian kalo beneran ketemu dagang nasi beli ya. Kita pasti laper banget nanti.”
Nagita : “ Oiya kira-kira jam berapa kita keluar?”
Regita : “ Jam setengah sembilan.”
Nagita : “Yakin tuh Om Rery nggak curiga?”
Regita : “Selama kita bisa atur nafas, hati-hati ngomong dan gerak, kita pasti bisa.”
Narator :” Mereka pun menunggu hingga jam setengah sembilan. Setelah jam setengah sembilan, Regita dan Nagita bersiap-siap pergi ke bangunan tua tersebut.
Regita : “ Pradiipta, aku sama Nagita pergi dulu ya.”
Pradiipta : “Iya hati-hati.”
(Regita dan Nagita pergi menuju bangunan tua)
Nagita : “(berbisik-bisik) Eh, kamu inget jalan kesana?”
Regita : “(berbisik-bisik) Nggak juga. Tapi yang jelas dari rumah Om Rery ke selatan. Nanti ada rumah nggak terawat. “
Nagita : “ (berbisik-bisik) Regita, sembunyi!”
(Regita dan Nagita sembunyi)
Nagita : “ Siapa itu?”
Regita : “(berbisik-bisik) Sstt!”
Penyelundup 1 : “ Akuda baat perhiasan sane aba Obit ibi?”
Penyelundup 2 : “ Duang kilogeram.”
Penyelundup 1 : “ Yen kene carane, ci jak cang lakar dadi jeleme sugih!“
Penyelundup 2 :” Yen sing ada ne nawang.”
Penyelundup 1 : “ Arahh, nahh mai masuk.”
(Para penyelundup masuk)
Nagita : “ (berbisik) Om Rery! Benar kata Pradiipta. Apa sih dibilang?”
Regita : “ Aku gatau. Sekarang kita intip terus mereka ngapain.”
Nagita : “Oke.”
Narator :  Regita dan Nagita telah mengetahui bahwa Om Rery dan satu temannya menyelundupkan 2 kilogram perhiasan yang telah dicuri oleh teman penyelundup tersebut. Di sisi lain, Pradiipta kebingungan karena Regita dan Nagita tak kunjung pulang.
Pradiipta : “Aduuh, Regita sama Nagita kemana sih? Emang seberapa lama mereka mau intipin orang-orang nyelundupin perhiasan atau narkoba? Udah makin malem lagi. Duuh, mending sekarang aku pergi ke kantor kepala desa aja. Jangan takut Pradiipta, jangan takut.”
(Pradiipta pergi ke rumah kantor kepala desa)
Pradiipta : “(mengetuk pintu) Pak kepala!Pak kepala!”
Kepala desa : “ Iya? “
Pradiipta : “ Sekarang, saudara-saudara saya lagi ngintip orang yang kita curigai lagi nyelundupin perhiasan atau barang terlarang pak! “
Kepala desa : “ Oh gitu. Wah, harus kita tangkep segera!”
Pradiipta : “Tapi hati-hati pak, kan biasanya orang-orang kayak gitu kuat-kuat.”
Kepala desa : “ Sebentar dulu(mengambil barang) Ini buat kamu. Kalo misalnya mereka mau nyakitin kamu, sakitin aja mereka duluan. Ini tali. “
Pradiipta : “ Tapi pak, saya takut.”
Kepala desa : “ Nggak ada takut-takutan! Ini demi keselamatan saudara-saudaramu. Bawa barang-barang ini dan usahain biar ketemu sama saudara-saudaramu. “
Pradiipta : “Terus bapak ngapain?”
Kepala desa : “ Bapak nyusul, bapak belum makan malem.”
Pradiipta : “Ya udah deh pak.”(pergi ke bangunan tua)
Narator : “Pradiipta pun segera pergi ke bangunan tua. Sesampainya disana, ia melihat Regita dan Nagita. Pradiipta pun tak takut lagi.”
Nagita : “(berbisik-bisik) Pradiipta! Kamu ngapain disini?”
Pradiipta : “ (berbisik-bisik) Aku kesini ngasi kalian ini. Nah, sekarang, apa yang kalian lihat?”’
Regita :”(berbisik-bisik) Om Rery dan satu temannya. Mereka bicarain tentang perhiasan yang mereka curi seberat 2 kg. “
Pradiipta : “(berbisik-bisik) Gini aja sekarang. Kita ada yang berdua, ada yang sendiri. Aku nggak mau sendiri lagi. Kita pancing om rery sama temennya biar terpisah, kita jebak satu-satu. Pak kepala lagi makan, nanti dia nyusul. Kalo udah ketangkep kita gebugin sampe pingsan atau dengan cara lain, abis itu kita bawa ke kota.”
Regita : “Kalian berdua aja, biar aku sendiri. Tapi kemarikan tali, dan beberapa alat lainnnya.”
Pradiipta : “ Oke.” (mereka pun berpisah)
Pradiipta : “Kita diem disini.”
Nagita : “ Kita patahin ranting, biar mereka keluar.(ngambil ranting) Katos banget! Bantuin nae!”
Pradiipta : “(melempar batu) Udah. “
Penyelundup 1 : “ Suara ape to? (keluar)”
(Pradiipta dan Nagita membuat penyelundup 1 pingsan dan mengikatnya)
Penyelundup 2 : “ Rery! Rery!(keluar)
(Regita dan kepala desa membuat penyelundup 2 pingsan dan mengikatnya)
Pradiipta : “ (berbisik)Pak kepala!Kok cepet banget datengnya?”
Kepala desa : “ Iya, bapak khawatir sama kalian. Yasudah, sekarang kita bawa orang-orang ini ke kota. “
Nagita : “Oiya pak, kita nggak ngambil bukti ?”
Regita : “ Aku yang ngambil.”
Pradiipta : “ Aku foto.”
Nagita : “ Ngomong-ngomong ini beneran Om Rery atau orang lain ya?(membuka masker penyelundup 1)Iii beneran Om Rery!”
Regita : “ (membuka masker penyelundup 2 )Dan yang ini, ini kan pedagang yang ngasitau kita tentang bangunan ini?”
Kepala desa : “ Ayo sudah jangan cerewet, nanti lain lagi urusannya. Kita bawa dulu ke kota.”
(Setelah selesai memotret dan mengambil barang bukti, mereka segera pergi ke kota untuk melapor kasus penyelundupan tersebut).
Tamat
Pesan yang dapat diambil dalam drama ini adalah jangan takut untuk membela kebenaran, karena kita juga ikut andil dalam membela kebenaran pada era ini.
  

7 komentar: